Sabtu, 05 September 2009

Sari Buah dan Sayuran : Penyembuh Ajaib


Dewasa ini masih banyak orang yang tidak mengerti penyebab suatu penyakit. Ada yang menganggap bahwa penyakit itu adalah misteri yang menyerang diri mereka dan merasa tidak dapat berbuat apa-apa.

Seneca, seorang negarawan Roma, pada abad pertama setelah Masehi, mengatakan bahwa, “manusia itu tidak mati begitu saja melainkan karena bunuh diri.”

Setiap saat, di segala tempat, terjadi bunuh diri tanpa sadar, di meja-meja makan dengan sendok dan garpu, karena akibat makan yang tidak teratur . Pada mulanya manusia berpikir bahwa penyakit adalah pekerjaan roh-roh jahat dari orang-orang yang sudah mati. Adalah kepercayaan pada waktu itu bahwa orang yang mengidap penyakit, disebabkan oleh roh jahat, dan dukun-dukun mengobatinya dengan jampi- jampi untuk mengusir roh-roh tersebut. Dewasa ini masih banyak orang yang tidak mengerti penyebab sesuatu penyakit. Ada yang menganggap bahwa penyakit itu adalah sesuatu misteri yang menyerang diri mereka dan merasa tidak dapat berbuat apa-apa.

Secara pribadi mereka tidak mengerti apa sebenarnya fungsi tubuh dan bagaimana tubuh sangat bergantung pada apa yang dimakan. Akibatnya banyak orang yang tidak mau menerima bahwa kesehatan itu sebagai tanggung jawab pribadi. Mereka berpendapat bahwa bilamana mereka sakit adalah tanggung jawab dokter untuk mengobatinya.

Dr. George D. Grile, salah seorang ahli bedah kenamaan di dunia, mengatakan, “Tidak ada kematian alamiah, semua kematian yang dikatakan timbul secara alamiah adalah sebenarnya akibat kejenuhan zat asam di dalam tubuh.”

Dr. William Arbuthnet Lane, seorang yang kenamaan dan terkenal sebagai ahli bedah perut di Inggris, mengatakan “Hanya ada satu penyakit tidak sempurnanya pengeluaran.” Apa yang harus diperbuat untuk mencegah penyakit, menurut Dr. William lane, ialah dengan makan sayuran dan buah segar tanpa dimasak, agar tubuh lebih sehat dan agar dapat dibersihkan dari sisa-sisa makanan.

Dengan kata lain, kesehatan akan diperoleh kalau tubuh itu dibersihkan dari racun-racun makanan yang sudah menumpuk, dan diisi atau diganti dengan makanan-makanan bergizi.

Dengan demikian, yang terutama sebagai penyebab sesuatu penyakit adalah sel-sel yang telah lemah atau mati karena tidak makan makanan yang menyehatkan, dan karena sisa-sisa makanan yang telah menumpuk di dalam sel-sel yang telah lemah itu tidak dapat dibersihkan. Oleh karena itu, untuk memperoleh kesehatan bergantung pada dibersihkannya tubuh dari bahan-bahan beracun, dan dengan dibangunnya sel-sel baru di dalam tubuh melalui makanan yang bergizi.

Sel-sel tubuh akan ada yang rusak atau aus setiap hari. Sel- sel yang rusak ini perlu diganti agar dapat berfungsi dengan baik. Pergantian sel-sel ini dapat terjadi dengan makan makanan segar yang berisi mineral, vitamin, dan enzim, tetapi kalau unsur-unsur tersebut kurang, maka sel-sel itu akan lemah bahkan akan mulai mati. Dengan makan makanan yang dimasak, maka unsur-unsur penting di dalam makanan itu akan rusak. Dengan bertambahnya zat-zat makanan yang sudah rusak ini bertumpuk di dalam perut, maka di sana makanan itu dicerna dan coba diserap kedalam sel-sel dan jaringan-jaringan tubuh. Tubuh akan membuang sisa-sisa makanan yang tidak dibutuhkannya seberapa banyak yang dapat dibuangnya tetapi sisa-sisanya akan menumpuk di sel-sel yang lemah, karena sel-sel itu tidak sanggup membersihkannya.

Di dalam sisa-sisa makanan yang sudah bertumpuk ini terjadilah pembusukan yang menimbulkan kuman-kuman itu merajalela, yang memakan sel-sel itu dan akan menimbulkan adanya lendir-Iendir dan nanah dan racun-racun lainnya di dalam tubuh. Inilah yang disebut “penyakit”, dan jenis penyakit apa yang timbul adalah bergantung di tempat mana tubuh itu keracunan.

Dengan demikian timbullah berjenis-jenis penyakit, seperti rematik, radang urat saraf, penyakit pinggang, ginjal, penyakit hati, kanker, jantung, dan ribuan jenis penyakit lainnya. Penyakit-penyakit ini dimulai dengan sel-sel yang lemah karena tidak dapat membuang sisa-sisa makanan yang tidak dibutuhkannya. Sel-sel ini lemah karena makanan yang dimakan kekurangan unsur-unsur yang dapat membangun sel-sel sehat di dalam tubuh. Dengan keterangan di atas dapatlah dimengerti betapa pentingnya tubuh itu menerima zat-zat makanan yang dapat membangun sel-sel yang sehat dan dapat membantu tubuh untuk membuang sisa-sisa makanan itu dari dalam tubuh itu sendiri.

Kalau seseorang sudah sejak lama makan makanan yang dimasak, dan kurang merasakan makanan segar, seperti buah dan sayuran segar, tubuh akan banyak menumpuk sisa-sisa makanan yang telah membatu, serta lendir-Iendir yang telah menyumbat sistem kerja tubuh. Di samping itu makanan yang dimasak menyebabkan sel-sel tubuh lemah dan mati. Dalam keadaan seperti ini, peranan sari buah dan sayuran sangat dibutuhkan.

Sari buah dan sayuran ini dapat dengan cepat diserap tubuh untuk mengganti sel-sel yang rusak serta membersihkan tubuh dari racun-racun akibat penumpukan sisa-sisa makanan.

Selain sisa-sisa makanan yang dapat menumpuk di dalam tubuh, terdapat juga sisa obat-obatan yang dimakan seseorang. Sisa-sisa obat ini dapat menyumbat sistem kerja tubuh dan peredaran darah. Untuk membuang sisa-sisa obat ini sama seperti membuang sisa-sisa makanan, yaitu perlu makan makanan segar yang bergizi.

Sari Buah dan Sayuran

Telah kita ketahui jenis-jenis buah dan sayuran yang dibutuhkan untuk kesehatan tubuh. Semua jenis buah dan sayuran ini dapat dimakan mentah dan berkhasiat besar bagi kesehatan.

Dengan demikian, seseorang akan bertanya, “Kalau begitu mengapa harus minum sarinya?.” Sudah tentu jawabnya tidak terlalu sukar, bahkan cukup sederhana. Di bawah ini beberapa alasan keuntungan penggunaan sari buah dan sayuran daripada memakannya mentah-mentah terlebih bagi mereka yang sedang mengidap sesuatu penyakit.

Makanan keras membutuhkan rentang waktu hingga berjam-jam untuk dicerna dan diserap ke dalam sel serta jaringan tubuh. Sedangkan jika dalam bentuk sari, makanan dapat dicerna dan diserap dalam hitungan menit saja, tanpa membebani alat-alat pencernaan.
Sari sayuran dan buah dapat dengan cepat memenuhi kebutuhan sel-sel dan jaringan tubuh yang dapat dengan segera membangun sel-sel baru untuk mengganti sel-sel yang sudah rusak.
Sari sayuran dan buah-buahan dapat menolong mereka yang pencernaan lemah dan usianya sudah tua karena sari sayuran dapat menutupi kekurangan zat cair pada tubuh dalam waktu cepat.
Gizi sayuran dan buah sebenarnya terdapat pada sarinya, bukan pada ampasnya. Maka dengan minum sarinya, kandungan gizi yang masuk ke dalam tubuh itu sangat besar khasiatnya.
Dengan meminum sari buah dan sayuran akan dapat memasukkan lebih banyak gizi ke dalam tubuh daripada memakannya di dalam bentuk makanan padat. Minum sari buah dan sayuran sangat diperlukan oleh orang yang sakit.
Bagi penderita penyakit maag, minum sari sayuran dan buah akan lebih menguntungkan daripada makan beberapa jenis sayuran tertentu, apalagi dalam dua minggu pertama ketika pengobatan dimulai.

Sumber:
Nainggolan, Dr. R. A. 2006. Sehat Alami Terapi Jus & Diet. Jakarta: AgroMedia
http://ksupointer.com/2009/terapi-jus-diet-5-sari-buah-dan-sayuran-penyembuh-yang-ajaib
6 September 2009

Terapi Bekam, Sembuhkan Berbagai Penyakit

Apakah Anda pernah mendengar terapi pengobatan bekam? Awalnya terapi pengobatan dengan teknik mengeluarkan darah kotor itu populer di negara Arab, namun kini semakin banyak dipraktekkan di Indonesia.

Bekam atau Hijamah merupakan pengobatan cara Nabi (Thibbun Nabawi) yang tujuannya insya Allah untuk kesembuhan dan kesehatan, serta pahala karena bekam merupakan pengobatan yang dianjurkan dan dilakukan oleh Rasululloh.

Terapis Thibun Nabawi, Warsono mengatakan pengobatan yang utama sesungguhnya adalah dengan mencontoh cara nabi yakni dengan bekam, kurma, jintan hitam (Habbatussauda), madu dan minyak zaitun.

"Sebenarnya yang utama itu cara Nabi, salah satunya dengan bekam. Jika tidak sembuh maka alternatifnya baru dengan obat kimia," ungkapnya pada Republika Online (ROL) di Pondok Gede, Jakarta, akhir pekan lalu.

Dirinya menyebutkan beberapa hadis tentang pengobatan yang memiliki keutamaan. Antara lain Hadis yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari yang bunyinya, “Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berbekam pada bagian kepalanya dalam keadaan beliau sebagai muhrim (orang yang berihram) karena sakit pada sebagian kepalanya".

Salah seorang yang melakukan terapi bekam, Edi (47) mengatakan, badannya terasa lebih ringan dan sehat setelah melakukan terapi bekam.

Saat itu ROL berkesempatan melihat proses bekam pada Edi. Dia tidak terlihat kesakitan meski tubuhnya ditusuk jarum hingga bagian tersebut dikop untuk mengeluarkan darah.

Edi tampak tertelungkup santai sambil bibirnya tak berhenti berdzikir. Meski ditusuk dan mengeluarkan darah, bekam memang tidak terasa sakit karena kulit yang ditusuk hanya pada lapisan dermis atau kulit jangat.

Hal serupa juga dirasakan oleh Warga Jatisari, Pondok Gede, Karminto. Setelah melakukan bekam keluhan kesemutan, masuk angin dan berat pada panggul begitu saja hilang. Dia mengaku tidak merasa sakit dan khawatir berefek negatif. "Saya tidak kuatir dengan bekam karena memang tidak sakit dan berefek buruk," katanya.

Proses Bekam

Pengambilan darah dilakukan menggunakan alat berbentuk mangkuk (
cupping set) yang ditempelkan pada kulit. Setelah kulit bersih, mangkuk bekam ditaruh dan dipompa untuk mengosongkan udara di dalamnya. Pemompaan dilakukan sesuai daya tahan pasien. Di sini pasien akan merasa sedikit pegal dan kulit pun berwarna merah kehitaman. Setelah kira-kira 10 menit, mangkuk dilepas dan kulit akan terasa menebal.

Tepat di atas kulit yang menebal dilakukan penusukan menggunakan jarum dan tusukan berkali-kali ini tidak keras.

Selanjutnya, mangkuk kembali ditempelkan dan dipompa. Tindakan inilah yang membuat darah keluar seperti merembes. Perlahan-lahan darah semakin banyak, bahkan menggenang di dalam mangkuk. Dalam bekam, inilah yang dimaksud "darah kotor". Dalam konsep bekam, darah kotor adalah darah yang tidak berfungsi lagi, sehingga tidak diperlukan tubuh dan harus dibuang.

Proses pengisapan darah berlangsung tak lebih dari 10 menit. Setiap kali terapi bekam dijalankan, biasanya dilakukan dua sampai tiga kali pengisapan darah, tergantung pada jenis keluhan serta volume darah yang keluar. Jika darah hanya keluar seperempat mangkuk setiap kali bekam, pengulangannya lebih sering dibandingkan dengan pasien yang darahnya keluar lebih banyak.

Terapi yang dalam bahasa Arab disebut hijamah ini telah disesuaikan dengan sunah Nabi Muhammad. Tak heran, para terapis umumnya berasal dari pondok-pondok pesantren.

Terapis bekam, Ahmad Fadholi melakukan bekam tentunya dengan cara Islami, namun ia juga mempraktekan apa yang dia yakini dan terbukti manfaatnya seperti mengkombinasikan pijat refleksi pada pasien bekam. "Bekam yang saya kombinasikan dengan pijat refleksi, Alhamdulillah terasa lebih efektif pada pasien," kata Ahmad.

Seperti akupuntur, Ahmad menjelaskan bekam mengenal lebih dari 350 titik di seluruh tubuh. Namun, dalam praktik Ahmad mengutamakan pada titik-titik sumber penyakit seperti anjuran Nabi Muhammad, yang terletak di seputar kepala, leher, pinggang, dada, dan kaki. Dari situ terdapat tiga titik utama yaitu
ummu mughits dan dua titik qumahduah.

Titik
Ummu mughits yang berada di atas kepala merupakan titik utama bekam, yang sekaligus merupakan pertemuan ratusan titik dari seluruh tubuh.

Lewat titik itu saja bisa disembuhkan bermacam penyakit pada bagian atas tubuh, seperti vertigo, polip, gangguan saraf telinga, penyakit kulit, depresi, sampai gangguan ilmu hitam atau sihir.

Sedangkan
qumahduah terletak di leher bagian belakang, tepatnya antara rambut dan cuping telinga, baik kanan maupun kiri. Kedua titik tersebut yang selalu digunakan dalam sebuah terapi, ditambah sejumlah titik-titik lain sesuai keluhan pasien.

Seusai dibekam, seseorang dianjurkan meminum minuman hangat, misalnya jintan hitam atau madu. Ahmad biasa menyuguhi pasiennya dengan air jahe hangat yang ditambah madu. Sebelum dibekam, pasien juga disarankan untuk berpuasa beberapa jam.

Ada banyak manfaat bekam, antara lain melancarkan peredaran darah, meringankan badan. Mengobati masuk angin, darah tinggi, kolesterol, stroke, jantung, asam urat, sakit pinggang, liver, gatal-gatal, migrain, sakit kepala, sakit mata, impotensi, sinusitis, jerawat, ambeien, maag, meningkatkan daya ingat, kecerdasan dan memperbaiki sistem imunitas.

Selain penyakit tersebut bekam bermanfaat bagi penyakit psikis seperti sulit tidur atau insomnia, stres, sering mimpi buruk, sering kesurupan, trauma dan rasa takut yang berlebihan. (cr1/ri) - 17 Desember 2008


Sumber :

http://www.republika.co.id/berita/20845/Terapi_Bekam_Sembuhkan_Berbagai_Penyakit

6 September 2009

Atasi Sakit dengan Terapi Magnet

APAKAH magnet bisa menyembuhkan? Para terapis pengobatan alternatif telah lama menyatakan bisa. Sekarang, pernyataan ini semakin dikuatkan oleh penelitain ilmiah yang menemukan manfaat magnet bagi kesehatan.

Berdasarkan sebuah studi yang dsipublikasikan di Physical Medicine and Rehabilitation, para peneliti dari Baylor College of Medicine di Houston menemukan kalau magnet lebih efektif dalam menghambat rasa sakit akibat sindrom post-polio dibandingkan dengan magnet tiruan. Sindrom ini ditandai dengan rasa sakit di kaki dan biasanya menyerang hampir 20% penderita polio.

Dalam studi ini, pasien dibagi menjadi 2 kelompok. Satu kelompok ditangani dengan magnet sedangkan kelompok yang satunya ditangani dengan magnet tiruan. Hasil penelitian seperti yang dikutip situs aboutmenunjukkan, 76% pasien yang menggunakan magnet mengalami pengurangan rasa sakit. Sedangkan pada kelompok kedua, hanya 18% pasien yang mengalami pengurangan rasa sakit.

Tidak hanya itu, masih banyak penelitian lain yang menunjukkan manfaat magnet dalam mengatasi rasa sakit akibat berbagai penyakit. Berikut beberapa diantaranya:

Fibromyalgia

Sebuah penelitian yang dilakukan di Tufts University School of Medicine di Boston menemukan bahwa magnet bisa menyembuhkan rasa sakit pada otot-otot akibat fibromyalgia (kelainan yang menyebabkan kelelahan dan rasa sakit di otot). Studi tersebut menemukan, pasien yang tidur menggunakan matras magnetik mengalami pengurangan rasa sakit yang signifikan dibandingkan dengan mereka yang tidur di matras biasa.

Neuropathy akibat diabetes

Studi yang dilakukan di New Your Medical College of Valhalla menemukan, alas kaki magnetik lebih efektif dalam meredakan mati rasa, perih dan rasa sakit akibat diabetes dibandingkan dengan alas kaki yang non-magnetik. Bukti yang ditemukan menunjukkan bahwa hampir 80% pasien yang mengalami rasa sakit kronis akibat diabetes ini mengalami penyembuhan.

Cara kerja magnet

Magnet bekerja dengan melancarkan aliran darah. Saat didekatkan ke kulit, magnet akan merilekskan dinding-dinding kapiler sehingga memperlancar aliran darah ke area yang sakit. Selain itu, magnet juga mencegah terjadinya kejang yang merupakan penyebab berbagai rasa sakit. Magnet bekerja dengan mengganggu kontraksi otot-otot. Selanjutnya, magnet juga mengganggu reaksi elektrokimia yang terjadi di dalam sel-sel saraf. Dengan begitu akan menghambat penyampaian pesan rasa sakit ke otak.

Apakah harus dengan magnet? Tentu saja tidak. Anda bisa menghilangkan rasa sakit dengan menggunakan aspirin atau obat penghilang rasa sakit lainnya. Tetapi, berbeda dengan obat-obatan ini, magnet tidak mempunyai risiko efek samping apapun yang bisa membahayakan kesehatan.

Memilih magnet

Magnet yang berfungsi medis tersedia dalam berbagai bentuk, ukuran dan kekuatan. Kekuatan magnet diukur dengan satuan gauss. Jenis magnet di kulkas berkekuatan sekitar 10 gauss. Jenis ini terlalu lemah. Magnet yang digunakan untuk mengobati biasanya berkekuatan antara 450 gauss-10.000 gauss. Semakin besar kekuatan magnet maka kemampuan menghilangkan rasa sakit juga semakin besar.

Tempat meletakkan magnet

Agar bisa bekerja dengan baik, magnet sebaiknya diletakkan langsung di atas area yang sakit. Ada juga yang melekatkan magnet dengan plester. Jika magnet tetap tidak bisa menghilangkan rasa sakit setelah beberapa hari, ubah posisi magnet dengan mendekatkannya ke titik akupuntur terdekat. Anda bisa membaca buku untuk melihat posisi titik akupuntur.

Sakit di kaki. Sol dalam magnetik bisa meredakan rasa sakit pada kaki dan perasaan sakit di kaki setelah berdiri sepanjang hari.

Arthritis. Jika rasa sakit hanya pada bagian jari, Anda bisa meletakkan magnet pada daerah persendian. Atau, Anda bisa menggunakan gelang manetik.

Sakit punggung. Letakkan empat magnet ukuran 1.5 inci di salah satu sisi tulang punggung atau 2 di masing-masing sisi. Jika Anda merasa terganggu karena harus menggunakan dan memindahkan beberapa magnet, Anda bisa menggunakan magnet berukuran3-4 inci atau menggunakan magnetic back brace.

Sakit kepala. Letakkan magnet di pelipis atau di bagian belakang kepala tepat di atas leher. Atau, Anda bisa juga menggunakan magnetic headband.

Siku. Gunakan magnetic band di sekitar siku. Selain itu, band jenis ini juga bisa digunakan untuk meredakan rasa sakit di tangan dan lengan akibat cedera berulang. - 14 April 2009
Sumber :
    Ikarowina Tarigan
    6 September 2009

    TERAPI MAGNET UNTUK KESEHATAN
    Apa itu terapi magnet?

    Terapi magnet merupakan penggunaan magnet untuk menjaga kesehatan dan mengobati penyakit. Secara alami, tubuh manusia dan alam memproduksi bidang elektrik dan magnetik. Bidang elektromagnetik juga bisa diproduksi dengan penggunaan teknologi seperti gelombang radio dan televisi.

    Para
    terapist magnet percaya, interaksi antara tubuh, bumi, serta bidang-bidang elektromagnetik akan menyebabkan perubahan fisik maupun emosi pada manusia. Mereka juga percaya, kesehatan tubuh akan terpelihara dengan menjaga keseimbangan bidang elektromagnetik.

    Para terapist, menggunakan magnet di bagian luar tubuh. Magnet ini bisa dalam bentuk:

    • Dibebani dengan energi listrik untuk mengirimkan getaran elektris ke area tubuh yang sakit
    • Digunakan dengan jarum akupuntur, untuk melancarkan aliran energi di dalam tubuh
    • Statis (tidak dibebani dengan daya elektrik) dan dibiarkan di area yang sakit selama beberapa lama, untuk memberikan pengobatan yang berkelanjutan.

    Fungsi terapi magnet

    Orang-orang menggunakan terapi magnet untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan seperti:

    • Masalah persendian , seperti arthritis
    • Sakit kepala sebelah (migrain)
    • Rasa sakit, termasuk rasa sakit ringan sampai sedang setelah operasi serta rasa sakit yang berkepanjangan
    • Depresi
    • Kanker
    • Ketegangan otot atau luka otot, jaringan pengikat sendi, serta otot

    Apakah terapi magnet aman?

    Anak-anak dan perempuan hamil sebaiknya tidak menggunakan terapi magnet karena keamanan terapi ini belum dibuktikan. Orang-orang yang menggunakan peralatan medis atau implan dengan bidang magnet sebaiknya tidak menggunakan terapi magnet karena bisa mengganggu fungsi implan.

    Terapi magnet tidak mempunyai efek negatif atau komplikasi saat dipadukan dengan pengobatan medis konvensional, tetapi tetap juga belum dibuktikan.

    Berkonsultasilah dengan dokter jika hendak melakukan pengobatan alternatif atau kalau berniat mengkombinasikan terapi alternatif dengan pengobatan medis Anda. Tidak aman menhentikan pengobatan medis dan hanya bergantung pada terapi alternatif saja.
    - 5 Februari 2009

    Sumber :
    Ikarowina Tarigan
    6 September 2009

      Inilah Terapi SEFT, Gabungan 14 Teknik Terapi

      Hampir satu tahun kedua kaki Kartini (39) sakit. Bahkan pernah lumpuh selama sebulan. Tapi, setelah diteping (totok), kakinya pulih dalam waktu 15 menit.

      Ketika hendak ke atas panggung, warga Tanah Abang Jakarta Pusat ini tampak tertatih dan picang. Dengan susah payah ia menapaki 4 anak tangga kecil untuk sampai di kursi hijau. Ia bersama 4 orang lain bersiap menerima terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT).

      SEFT adalah teknik pengembangan diri ekletis yang menggabungkan 14 macam teknik terapi. Termasuk di antaranya adalah kekuatan spiritual untuk mengatasi berbagai macam masalah fisik, emosi, pikiran, sikap, motivasi, perilaku dan pengembangan diri.

      SEFT di Indonesia dibawa oleh Ahmad Faiz Zainuddin yang belajar langsung kepada Gary Craig dari Amerika Serikat, pendiri Emotional Freedom Technique.

      Minggu (26/7) pagi ini Faiz bersama para alumnusnya yang bergabung dalam Logos Institute mengadakan pengobatan dam pelatihan SEFT di Jalan Jati Bunder VII Tanah Abang Jakarta Pusat.

      Kartini yang sudah bersiap disembuhkan, tampak menghirup napas panjang. Murid Faiz, memberinya minum dari air mineral kemasan gelas. "Ya Allah walaupun saya sakit kaki, saya ikhlas menerima masalah saya ini. Saya pasrahkan pada-Mu kesembuhan saya dari sakit kaki ini," kata terapis SEFT, yang diulangi oleh Kartini.

      Sembari Kartini mengulang-ulang kalimat tersebut, sang terapis meneping bagian ubun-ubun, bagian atas mata, samping mata, bawah mata, di atas mulut, di hidung, ketiak dan dada Kartini. "Ya Allah...Ya Allah...Ya Allah..." Kartini terus menyebut Asma Allah, sembari memejamkan mata.

      Hebatnya, 15 menit terapi, Kartini sudah bisa berjalan normal. "Biasanya saya paling jauh berjalan 20 meter. Saya belum pernah seenak ini. Rasanya juga lebih tenang," ungkap Kartini.

      Ia melanjutkan, sejak kali pertama sakit kaki pada bulan September 2008, ia telah berobat ke mana-mana. Namun, hasilnya tidak memuaskan. "Kata dokter saraf kecepit. Tiap hari sakit. Tidur saja terganggu," ucap Kartini.

      Yoyon (49), juga mengalami hal serupa dengan Kartini. Warga Tanah Abang ini awalnya mengeluh sakit kepala sebelah dan tangan kirinya semper. "Kata dokter saya kelebihan kolesterol. Sejak 5 tahun lalu. Saya suka kumat kalau malas pantang," kata Yoyon sambil tersenyum.

      Teknik penyembuhan kepada Yoyon saya dengan Kartini. Yoyon diminta mengiklaskan penyakitnya kepada Sang Pencipta, sambil menyaru mohon kesembuhan. "Hasilnya, kepala sembuh, tangan sudah baik," tutur Yoyon.

      Ia mengaku, bagian tubuhnya yang diteping adalah ubun-ubun, bagian atas mulut, bagian bawah mulut, samping mata, ketiak dan tengkuk. Baik Kartini maupun Yoyon sama-sama berharap kesembuhannya bersifat permanen. "Sembuh selamanya, dan juga pantang terus," tandas Yoyon.

      Lebih jauh Faiz mengungkapkan metode SEFT sudah dimodifikasi dengan menekankan kekuatan spiritual. "Secara tidak langsung, melalui pengobatan seperti ini, pasien ingat Tuhan," paparnya.

      Supaya pengobatan ini berkelanjutan, tambah Faiz, mereka juga diajarkan bagaimana mempraktikkan terapi SEFT ini. Tujuannya, supaya mereka bisa membantu orang lain dan juga bisa menyembuhkan dirinya sendiri kalau penyakitnya kumat. ONE. - 26 Juli 2009

      Sumber :
      http://kesehatan.kompas.com/read/xml/2009/07/26/16184089/inilah.terapi.seft.gabungan.14.teknik.terapi
      6 September 2009

      Stop Rokok dengan Terapi SEFT

      DALAM 5 x 25 menit, kecanduan merokok bisa hilang dengan melakukan terapi SEFT (Spiritual, Emotional, Freedom, Technique). Terapi yang dilakukan dengan mengetuk ringan dengan 2 ujung jari atau yang disebut tapping di bagian tubuh tertentu, sehingga bisa kita lakukan sendiri.

      Awalnya, pecandu diminta untuk mencium bau rokok yang biasa dihisapnya, ini adalah langkah awal yang disebut dengan the set-up yang bertujuan untuk memastikan agar aliran energi tubuh kita terarahkan dengan tepat. langkah ini dilakukan untuk menetralisir pikiran negatif yang spontan dari mencium bau rokok itu, yang pasti para perokok masih ingin menghisapnya. Setelah itu terapis akan menekan dada kita, tepatnya di sekitar dada atas.

      Kemudian, terapis akan akan melakukan tapping di titik-titik tubuh yang merupakan titik aliran energi kita, yang jika diketuk beberapa kali akan berdampak pada ternetralisirnya gangguan emosi atau rasa sakit yang kita rasakan. Titik-titik tersebut adalah bagian atas kepala, titik permulaan alis mata, diatas tulan di samping mata, 2 cm di bawah kelopak mata, tepat di bawah hidung, diantara dagu dan bagian bawah bibir, di ujung tempat bertemunya ulang dada, di bawah ketiak, di perbatasan antara tulang dada dan bagian bawah payudara, dan di bagian dalam tangan yang berbatasan dengan telapak tangan.

      Setelah tapping selesai, perokok diminta untuk mencium bau rokok kembali, lalu menghisapnya. Alhasil, mereka mengatakan Pusing, pahit, getir dan tidak mau mengisap lagi.

      Seperti yang dilakukan para terapis SEFT dalam acara Stop Rokok Buat Hidupmu di Aula Wisma Menpora, Sabtu (31/5). Mereka melakukan terapi untuk menghentikan kebiasaan dan kecanduan merokok para siswa SMP-SMA yang sudah menjadi perokok.

      "Baru tadi pagi saya terakhir merokok, setelah diterapi seperti ini, kok tiba-tiba rokok yang tiap hari saya hisap rasanya aneh, pahit dan getir, baunya juga tidak enak. "Semoga ini bertahan lama, saya niat tidak mau merokok lagi," ujar Yanto (20), yang bera sal dari Bogor salah satu perokok yang mengikuti terapi tersebut.

      Dalam kesempatan yang sama, penemu metode SEFT Ahmad Faiz Zainuddin mengungkapkan bahwa SEFT tidak hanya mampu menghilangkan kecanduan merokok, tapi bisa juga menghilangkan stres, phobia, alergi, trauma, dan lain-lain."SEFT sangat universal dan sangat mudah dilakukan," ujar Faiz. - 31 Mei 2008

      (C5-08)

      Sumber :
      6 September 2009

      Terapi Oksigen Atasi Impotensi

      PENELITIAN di bidang medis kedokteran mendatangkan hasil yang menggembirakan. Peneliti menemukan terapi-terapi baru, mulai dari yang sederhana hingga yang cukup rumit, untuk mengatasi berbagai penyakit. Hasil studi terbaru menemukan kalau terapi oksigen bisa mengatasi impotensi, video game bisa mengatasi gangguan penglihatan, dan mengunyah permen karet bisa mempercepat pemulihan ibu yang baru saja menjalani operasi sesar. Bagaimana prosesnya? Berikut uraiannya untuk Anda.

      Terapi oksigen atasi Impotensi

      Sebuah penelitian yang dilakukan di Connecticut, Amerika Serikat menemukan, tabung oksigen yang biasanya digunakan oleh para penyelam bisa membantu pasien kanker prostat menghindari disfungsi ereksi.

      Menurut peneliti, banyak laki-laki yang menjalani
      prostatectomy radikal (dimana prostat mereka diangkat). Hal ini biasanya menimbulkan efek samping berupa disfungsi ereksi akibat kerusakan jaringan dan saraf-saraf selama menjalani operasi."Ini artinya, jaringan di area ini tidak mendapatkan oksigen yang cukup, sehingga meningkatkan risiko disfungsi ereksi," tutur peneliti, seperti dikutip situs dailymail.

      Dalam percobaan ini, para peneliti meminta para pasien menjalani terapi dalam sebuah kamar oksigen yang didisain meniru kondisi berada di kedalaman 40 kaki di bawah laut. Mereka dipapar oksigen dengan tekanan yang jauh lebih tinggi dibandingkan normal. Cara ini akan memaksa oksigen masuk lebih banyak ke jaringan. Cara ini, menurut peneliti, bisa membantu pasien.

      Video game atasi lazy eyes (gangguan perkembangan mata)

      Sebuah studi menemukan, sebuah
      game komputer bisa mengatasi gangguan perkembangan mata. Dengan begitu, anak tidak perlu menggunakan plester mata.

      Lazy eyes, menurut peneliti, merupakan suatu kondisi dimana penglihatan anak tidak berkembang dengan benar, biasanya hanya pada salah satu mata. Akibatnya, mata yang bagus harus bekerja lebih keras untuk menyeimbangkan. Hal ini biasanya ditangani dengan cara memasang plester pada mata yang bagus sehingga membantu mata yang kurang berkembang untuk bekerja lebih keras dan meningkatkan kemampuan melihat.

      Dalam
      game yang dirintis di Israel ini, beragam objek akan muncul secara acak di layar. Objek ini menjadi target dari pemain. Tuntutan untuk tetap waspada akan menstimulasi neuron-neuron di otak yang berfungsi mengontrol penglihatan dan menguatkannya."Memainkan game ini selama 20 jam mempunyai efek yang setara dengan memakai plester mata selama 500 jam," terang peneliti.

      Manfaat mengunyah permen karet pada ibu yang baru melahirkan

      Mengunyah permen karet membantu mempersingkat masa pemulihan setelah menjalani operasi sesar. Studi terbaru dari Mesir menunjukkan, mengunyah permen karet setiap 2 jam mempercepat fungsi usus kembali ke normal.

      Setiap operasi yang dilakukan di area perut, menurut peneliti, bisa memperlambat bahkan menghentikan fungsi usus. Hal ini bisa memicu komplikasi, seperti usus berlubang. Biasanya usus kembali dirangsang untuk bekerja dengan cara memberikan cairan untuk diminum pasien.

      Dalam studi ini, para peneliti meminta 93 ibu untuk mengunyah permen karet selama 15 menit setiap 2 jam setelah melahirkan. Studi yang dipublikasikan di
      British Journal Of Obstetrics And Gynaecology ini menemukan, para partisipan pulih lebih cepat dibandingkan mereka yang hanya diberikan cairan untuk diminum.

      "Permen karet diyakini bekerja dengan cara menstimulasi saraf-saraf di sistem pencernaan." (OL-08) - 27 Agustus 2009

      Sumber :
      Ikarowina Tarigan
      6 September 2009

      Ibnu Sina dan Terapi Puasa

      KATA “Ramadan” dalam kamus bahasa Arab, Al-Mu’jamul Wasith, berasal dari kata “Romdhun” yang berarti “batu panas”. Islam lalu memasukkan kata “Ramadan” menjadi salah satu nama bulan dari 12 bulan dalam satu tahun (Hijriyah) atas dasar petunjuk yang tertera di dalam Al Quran dan Hadits. Saat itu, memang sangat panas yang bisa saja mencapai suhu 50 derajat Celcius sampai 60 derajat Celcius.

      Secara ilmiah, bila suhu panas bumi seperti itu, sangat mempengaruhi suhu badan manusia, sehingga untuk menyeimbangkan kekuatan jasmani, menjaga kesehatan badan dan menurunkan tensi panas badan yang dipengaruhi oleh suhu panas bumi, umat Islam diperintahkan menjalankan kewajiban berpuasa Ramadan sebagai ‘tameng’ atau ‘perisai’ bagi kesehatan rohani serta berfungsi sebagai obat bagi kesehatan jasmani.

      Realitasnya, puasa terbukti sebagai obat mujarab yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit jasmani dan rohani, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda : “Shuumuu Tashihhuu” (Berpuasalah, niscaya kalian akan sehat !). “Bapak” dokter atau psikolog dunia, “Ibnu Sina” atau Avicenna (Persia, 980-1037) sering memanfaatkan puasa sebagai terapi penyembuhan dalam praktik pengobatannya bagi pasien yang menderita sejumlah penyakit jasmani ringan atau berat, bahkan penyakit rohani ‘kronis.’

      Suatu ketika, Ibnu Sina didatangi pasien remaja ‘nakal’, masih tergolong keluarganya, yang mengalami obesitas (kegemukan) dan mengeluh kesulitan memikat hati wanita. “Paman, saya ingin menikahi seorang gadis yang saya cintai, tapi dia menolak lamaran saya,” keluhnya sambil terus mengunyah kacang “Sudan” kesukaannya.

      Ibnu Sina tertawa lirih. ”Kamu harus ‘memeletnya’ dengan salat Malam (Qiyamul Lail) setiap hari dan berpuasa seperti puasanya Nabi Daud (sehari puasa sehari tidak) selama setahun. Juga ingat! Calon isteri kamu tidak suka kebiasaanmu makan kacang Sudan ini, maka jangan dimakan!”

      Metode halus Ibnu Sina yang memberi nasihat kepada Kholid tidak mempergunakan bahasa ‘ceplas-ceplos’ yang makna sebenarnya: “Berdoalah dan kuruskan dulu badan kamu dengan berpuasa agar setiap gadis tidak menolakmu!”

      Mengingat obsesi Kholid yang begitu besar untuk mendapatkan dambaan hatinya, dia mematuhi terapi ‘ajaib’ Ibnu Sina. Setiap malam, dia bangun mengerjakan salat Sunnah Qiyamul Lail, siang harinya berpuasa sebagaimana puasanya Nabi Daud, dan tidak mau lagi memakan kacang Sudan.

      Seminggu sebelum tepat satu tahun, wanita yang diidam-idamkan Kholid meninggal dunia lepra (turunan). Kholid yang sudah terlihat kurus, tapi sehat, kembali mengeluh. “Paman, dia meninggal”. Ibnu Sina mengambil napas dalam-dalam dan berucap,”Kholid, mengingat gadis yang kamu cintai sudah wafat, sekarang terserah kamu, apakah kamu akan kembali pada kebiasaan burukmu? Atau kamu akan mengalihkan cintamu kepada Tuhanmu yang telah menyayangimu dengan tidak menikahkan kamu dengan gadis itu?”
      Kholid menangis sambil menjawab,“Paman, Tuhan telah memberi saya kesembuhan rohani dan jasmani setelah bertahun-tahun saya merasa sakit. Saya akan tetap menjalankan terapi salat dan puasa untuk mencurahkan cinta saya kepada Tuhan.”
      Terapi Puasa
      Ibnu Sina adalah sosok dokter jasmani dan psikolog rohani yang telah menjadi teladan bagi segenap dokter dan psikolog dunia. Resep pengobatannya tidak melulu obat herbal atau kimia. Justru Ibnu Sina sering menelaah sejumlah rutinitas ibadah seperti salat dan puasa yang sengaja diperintahkan Tuhan untuk dijalankan sebagai kewajiban normatif.
      Lalu, mengapa Tuhan memerintahkan kita salat dan puasa? Apa hikmah di balik perintah wajib salat dan puasa itu? Sejumlah pertanyaan ‘misterius’ senantiasa muncul dari ‘benak’ Ibnu Sina. Akhirnya, sampailah dia pada sebuah kesimpulan medis yang tidak lagi terbantahkan. Bahwa sejumlah ibadah mahdhoh (fardlu) semisal puasa dapat dijadikan sebagai penawar (obat) penyakit dengan seizin Tuhan.
      Pola pemikiran Ibnu Sina yang menjadikan puasa sebagai terapi medis diadopsi para dokter untuk mengobati beberapa penyakit yang diderita sejumlah pasien. Seperti penyakit maag misalnya. Obat tradisional versi ibnu Sina yang jitu adalah dengan terapi “puasa”.

      Fakta riilnya, orang yang memiliki maag akut (kronis) dapat disembuhkan dengan cara berpuasa secara rutin. Bahkan, orang yang suka berpuasa seperti puasanya Nabi Daud, dijamin tidak akan terkena penyakit maag atau penyakit lambung lainnya.

      Nah, untuk menghilangkan ketergantungan terhadap obat kimia yang diduga dapat menyembuhkan penyakit maag atau lambung, sebaiknya dicoba dulu menerapinya dengan berpuasa Ramadhan selama satu bulan penuh, lalu dilanjutkan dengan puasa Sunnah Senin-Kamis setiap minggu sehabis Ramadan. Penyakit maag atau lambung lainnya dijamin hilang.

      Sekali lagi, terapi puasa dipraktikkan bagi pasien yang akan menjalani operasi. Ahli medis modern yang menangani operasi kanker atau tumor, dipastikan tidak akan gegabah membedah bagian badan pasien untuk mengeluarkan kanker atau tumor sebelum pasien diperintahkan dulu untuk berpuasa praoperasi.

      Bahkan, penulis pernah membaca di dalam sebuah surat kabar terbitan Mesir “Al-Qohiriyah,” seorang dokter menganjurkan siapa saja yang menderita penyakit kambuhan, yang belum ditemukan obat penyembuhnya, semisal liver, diabetes (kencing manis) dan batuk asma, sebaiknya menjadikan puasa Nabi Daud sebagai terapinya selama enam bulan, serta berpantang.

      Yang pasti, apapun obat atau terapi dari dokter kepada pasien, belum tentu menyembuhkan. Maka, benarlah kata dokter Yusuf Qordlowi,“Minum obat-obatan bukanlah solusi menyembuhkan penyakit, tapi keyakinan kuat kita kepada Tuhanlah yang dapat menyembuhkan penyakit kita. Obat hanyalah sebagai sarana, Tuhan tetaplah yang menyembuhkan segala macam penyakit.” - 1 September 2009


      Sumber :

      Ulfatun Ni’mah Ichwan
      Guru agama MTs Nurul Huda Kalanganyar, Sidoarjo, alumnus IAIN Sunan Ampel Surabaya

      http://www.surya.co.id/2009/09/01/bnu-sina-dan-terapi-puasa.html

      6 September 2009

      Kanker: Pertumbuhan, Terapi dan Nanomedis

      Fakta dan Data

      Bicara tentang kanker memang tak ada habisnya. Penyakit mematikan yang satu ini sepertinya mampu memberikan dua perspektif yang berbeda pada dua kalangan yang berbeda pula. Bagi praktisi kesehatan dan para peneliti biomedis maupun biomolekuler, penyakit ini bak teka-teki super menantang yang “memikat” hati dan pikiran untuk segera mencarikan penyelesaiannya. Sebaliknya, bagi masyarakat umum, kanker ibarat hantu paling menyeramkan yang tak akan pernah bisa disangka akan “hinggap” di tubuh siapa, bagian mana, dan kapan. Ditambah dengan bukti-bukti empiris bahwa pengidapnya memiliki peluang untuk sembuh kira-kira di bawah 30 hanya di bawah 30 lengkaplah sudah “asesoris” si kanker ini untuk jadi penyakit paling menakutkan di dunia.

      Berdasarkan data Centerwatch tahun 2003, di Amerika, tempat dimana bermacam-macam terapi yang diharapkan mampu membasmi kanker hingga ke akar-akarnya saja masih kelimpungan dengan fakta yang menunjukkan bahwa terdapat 171.900 orang penderita baru tiap tahunnya dan sebanyak 157.200 dari jumlah tersebut ternyata berakhir dengan kematian. Sungguh jumlah yang fantastis sekaligus tragis! Bila negara maju saja dibuat bingung oleh penyakit ini, tentu sudah bisa ditebak bagaimana dengan negara-negara lain yang statusnya masih “berkembang” atau bahkan yang terbelakang, yang penelitian tentang penyakit ini pasti jauh dari status “berkembang pesat dan signifikan”.

      Apa itu kanker?

      Mari kita mengenal karakter kanker dengan harapan kita bisa terhindar darinya dan mampu memikirkan penyelesaian “tuntas” permasalahan level dunia yang satu ini.

      Pertama, kita mesti mengetahui terlebih dahulu tentang apa itu kanker? Definisi tentang ini memang cenderung berbeda. Ada yang mengatakan bahwa kanker itu telah ada di tubuh tiap orang. Hanya saja dia dalam kondisi diam. Apabila ada “hentakan” kuat dan berulang yang membuatnya terbangun, maka dia akan menunjukkan keganasannya. Benarkah itu? Mari kita tinjau kembali dari definisi-definisi yang telah dirangkum oleh peneliti-peneliti kanker di seluruh penjuru dunia.

      Kanker merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh terganggunya kontrol regulasi pertumbuhan sel-sel normal. Sebagai bukti dari terganggunya kontrol regulasi sel-selnya, kanker memiliki perbedaan yang mencolok dibandingkan dengan sel-sel normal dalam tubuh kita:

      1. Sel kanker tak mengenal program kematian sel yang dikenal dengan nama apoptosis. Apoptosis sangat dibutuhkan untuk mengatur berapa jumlah sel yang dibutuhkan dalam tubuh kita, yang mana semuanya fungsional dan menempati tempat yang tepat dengan umur tertentu. Bila telah melewati masa hidupnya, sel-sel normal (nonkanker) akan mati dengan sendirinya tanpa ada efek peradangan (inflamasi). Sel kanker berbeda dengan karakteristik tersebut. Sel kanker sangat “bandel”. Dia akan terus hidup meski seharusnya mati (Immortal).
      2. Sel kanker tidak mengenal komunikasi ekstra seluler atau asosial. Komunikasi ekstra seluler diperlukan untuk menjalin koordinasi antar sel sehingga mereka dapat saling menunjang fungsi masing-masing. Dengan sifatnya yang asosial, sel kanker bertindak semaunya sendiri tanpa peduli apa yang dibutuhkan oleh lingkungannya.
      3. Sel kanker mampu menyerang jaringan lain (invasif), merusak jaringan tersebut dan tumbuh subur di atas “porak-porandanya” jaringan lain.
      4. Untuk mencukupi kebutuhan pangan dirinya sendiri, sel kanker mampu membentuk pembuluh darah baru (neoangiogenesis) meski itu tentunya dapat mengganggu kestabilan jaringan tempat ia tumbuh.
      5. Sel kanker memiliki kemampuan “super hebat” dalam memperbanyak dirinya sendiri (proliferasi) meski seharusnya ia sudah tak dibutuhkan dan jumlahnya sudah melebihi kebutuhan yang seharusnya.

      Karsinogenesis

      Kanker berkembang melalui serangkaian proses yang disebut karsinogenesis. Dari pernyataan tersebut jelaslah bahwa kanker bukanlah penyakit “langsung jadi” melainkan penyakit yang timbul akibat akumulasi atau penumpukan kerusakan-kerusakan tertentu dalam tubuh kita.

      Karsinogenesis pada dasarnya dibagi menjadi dua tahap utama yaitu inisiasi dan promosi, namun beberapa literatur menambahkan bahwa tahap promosi kanker diikuti oleh proliferasi, metastasis dan neoangiogenesis.

      Tahap inisiasi ialah tahap dimana agen karsinogenik (zat yang dapat menimbulkan kanker) mulai bekerja mengubah susunan DNA fungsional atau yang lebih populer dengan nama GEN sehingga gen itu menjadi berbeda dengan semestinya atau terjadi mutasi. Biasanya gen yang berubah susunannya adalah gen yang berfungsi untuk menekan pertumbuhan tumor (tumor suppressor gene), misalnya saja gen p53.

      Agen karsinogenik banyak sekali macamnya dan secara umum sangat berkaitan dengan pola makan dan pola hidup manusia, seperti paparan sinar ultra violet, radiasi sinar gamma, asbestos, merkuri, asap kendaraan bermotor, asap rokok, bahan pengawet makanan seperti natrium benzoat, pewarna makanan misalnya rhodamin, tak ketinggalan pula bumbu masakan sintesis (penyedap masakan) yaitu MSG (Monosodium/Mononatrium Glutamat) yang makin hari makin beragam dan makin banyak digunakan karena harganya yang relatif murah dan tersedia dalam berbagai rasa buatan. Ditambah dengan cara pemakaian yang jauh lebih praktis daripada bumbu dapur alami, makin lengkaplah alasan kebanyakan konsumen saat ini untuk menggunakan bumbu sintetis itu.

      Selain itu, aflatoksin yang merupakan senyawa yang dihasilkan oleh jamur Aspergillus flavus dan terdapat pada makanan-makanan (ikan, kacang-kacangan serta serealia) yang hampir basi, ternyata diketahui juga menjadi salah satu dari penyebab terjadinya kanker terutama kanker hati atau hepatokarsinoma.

      DNA Repair dan Cell Cycle

      Bahan-bahan tersebut merusak susunan DNA normal dan mematikan mekanisme perbaikan DNA. Sebenarnya, DNA kita bukanlah substansi yang lemah. Ia telah dilengkapi dengan mekanisme-mekanisme tertentu yang mampu menetralisasi “gangguan-gangguan” yang terjadi sehingga tidak membawa efek negatip. Mekanisme yang dimiliki DNA tersebut adalah mekanisme DNA repair (perbaikan DNA) yang terjadi pada fase tertentu dalam siklus sel.

      Pada fase G1 (Gap 1) terdapat check point yaitu suatu tempat dimana susunan DNA akan dikoreksi dengan seteliti-telitinya. Apabila ada kesalahan, sel mempunyai dua pilihan yang dapat dijalankan. Pertama, kesalahan tersebut diperbaiki dengan cara mengaktifkan DNA repair. Namun, apabila kesalahan yang ada sudah tidak mampu lagi ditanggulangi, sel memutuskan untuk mengambil pilihan kedua yaitu “dimatikan” daripada hidup membawa pengaruh buruk bagi lingkungan sekelilingnya. Saat itulah keputusan untuk berapoptosis diambil. Sel dengan DNA normal akan meneruskan perjalanan untuk melengkapi siklus yang tersisa yaitu S (Sintesis), G2 (Gap 2) dan M (Mitosis).

      Mutasi DNA

      Satu kali terjadi proses mutasi DNA sebenarnya belumlah cukup untuk menimbulkan kanker. Masih dibutuhkan ribuan mutasi lagi yang letaknya pada gen tak boleh sama. Apabila mutasi DNA yang super banyak itu telah terjadi, mulailah sel berubah sifat perlahan-lahan. Sel yang tadinya bersifat sosial, “tahu diri” dan terarah, sekarang menjadi ganas, dan asosial. Sel yang mengantongi gen yang termutasi parah tersebut mulai membelah diri (proliferasi) dan membentuk grup tertentu (klonal) di lokasi tertentu dalam tubuh. Dia membangun “markas besar” di situ dan terus menerus membentuk “masyarakat” khusus yang membahayakan bagi “teritorial” jaringan sehat. Tahap dimana sel kanker membentuk klonal inilah yang dinamakan tahap promosi kanker.

      Promosi ini akan diikuti proliferasi (pembelahan diri sel kanker menjadi banyak) yang kemudian satu atau lebih sel bisa memisahkan diri dari markas utamanya untuk berpindah ke tempat lain (metastasis). Untuk memenuhi kebutuhan “masyarakat kanker” tersebut, dibentuklah pembuluh darah baru (neoangiogenesis) yang sebenarnya tidak diperlukan oleh jaringan sehat. Dengan demikian, sempurnalah kanker sebagai “jaringan baru” dalam tubuh.

      Dari penjelasan di atas dapat kita ketahui bahwa kanker ini merupakan penyakit seluler yang memiliki pola hidup rumit sekaligus kokoh sehingga untuk membasminya memang tak semudah membasmi rayap yang menggerogoti pagar kayu di halaman. Dibutuhkan formula khusus yang efektif dan efisien.

      Apoptosis dan Proliferasi

      Sampai saat ini, karakter kanker yang paling sering digunakan oleh para peneliti dalam memformulasikan upaya kuratif (pengobatan) dan preventif (pencegahan) kanker adalah apoptosis dan proliferasi. Pada kasus kanker, jumlah sel berapoptosis menjadi sangat rendah sedangkan proliferasi selnya melonjak sangat tinggi. Fenomena ini yang oleh peneliti dicoba untuk diubah dengan harapan dapat mengembalikan sel pada kondisi normalnya.

      Seperti yang dituliskan dalam artikel review Zeneca Pharmaceuticals, apoptosis ialah proses kematian sel yang terprogram atau proses perusakan yang terkontrol terhadap diri sel itu sendiri yang mana proses tersebut melibatkan sinyal selular yang khusus atau spesifik. Apoptosis memiliki peran yang sangat penting dalam embryogenesis, penggantian jaringan yang rusak, perkembangan sistem imun, dan perlindungan melawan perkembangan tumor (tumorigenesis). Peran penting apoptosis dalam embryogenesis tampak pada setiap jari tangan dan kaki kita yang terpisah dengan sempurna. Apabila apoptosis tidak sempurna, maka jari tangan/kaki kita akan tetap bertautan seperti contoh pada gambar di bawah ini. Terkait dengan apoptosis pada embryogenesis ini, banyak artikel yang menyebutnya dengan “bunuh diri massal”.

      Bilamana apoptosis ini akan diaktifkan?

      Pada kondisi normal, apoptosis akan aktif apabila ada serangan virus atau terkena zat toksik atau yang bersifat racun, yang pastinya sangat membahayakan kesehatan. Dalam rangka penyelamatan sel yang lebih banyak, maka sel yang terinfeksi virus atau yang terkena zat toksik tersebut memilih untuk mengakhiri hidupnya sebab apabila ia bertahan tentunya akan membawa dampak yang lebih buruk. Selain itu, apoptosis terjadi karena ada komunikasi antar sel. Sel yang satu dapat “memberitahukan” pada sel yang lain bahwa apoptosisnya diperlukan untuk menjaga jumlah mereka dalam jaringan yang memang harus selalu “pas”. Maka, matilah sel tersebut demi “keutuhan bersama”.

      Proliferasi

      Pada kasus kanker, apoptosis menurun sangat drastis bahkan boleh dikata bahwa sel kanker ini bersifat immortal. Immortalitas kanker disebabkan oleh hilangnya mekanisme DNA repair dalam sel. Dengan tidak adanya kemampuan koreksi DNA sebelum sel tersebut membelah, sel menganggap dirinya layak untuk direplikasi. Checkpoint sudah tak ada artinya lagi di sini, akibatnya sel, walaupun membawa abnormalitas di dalamnya, akan melewati fase-fase dalam siklus sel secara keseluruhan kemudian membelah.

      Berseberangan dengan apoptosis, proliferasi pada kasus kanker meningkat sangat tajam. Dengan regulasi sel seperti yang telah disebutkan di atas, proliferasi akan terjadi tak terkendali hingga sel kanker berhasil membentuk klonal (kelompok) yang mana dari klonal tersebut akan ada sel yang lepas dari induknya untuk mencoba “hidup mandiri” dengan “merantau” ke jaringan lain. Jadilah kanker sekunder yang dalam bahasa sehari-hari sering disebut kanker anakan.

      Deteksi Dini dan Terapi Kanker

      Nah, dengan mengetahui karakteristik kanker seperti di atas, sebetulnya bisakah kanker diberantas? Jawabannya tentu saja bisa, hanya saja tingkat keberhasilan dari upaya penyembuhan itu sendiri berbeda untuk masing-masing individu, bergantung pada stadium berapa kanker terdeteksi dan tingkat kekebalan individu itu sendiri. Semakin dini kanker ditemukan, semakin besar peluang untuk sembuh. Dari sini kita dapat mengetahui betapa pentingnya regular medical check up itu yakni untuk mengetahui adanya penyakit-penyakit yang barangkali keberadaannya masih belum disadari namun akan membawa efek sangat merugikan di kemudian hari. Upaya penyembuhan (kuratif) kanker menggunakan banyak metode yang antara lain:

      1. Kemoterapi : terapi ini menggunakan obat-obatan misalnya saja golongan siklofosfamid, methotreksat, dan 5-flurorasil. Pada dasarnya kinerja obat-obatan tersebut sama yaitu menghambat proliferasi sel sehingga sel tidak jadi memperbanyak diri. Kemoterapi bisa diberikan secara tunggal ( satu macam obat saja) atau kombinasi, dengan harapan bahwa sel-sel yang resisten terhadap obat tertentu juga bisa merespon obat yang lain sehingga bisa diperoleh hasil yang lebih baik. Dampaknya pada pasien biasanya rambut rontok, selera makan menurun, rasa lemah dan letih.
      2. Terapi hormon : terapi ini digunakan untuk jenis kanker yang berkaitan dengan hormon misalnya kanker payudara (berkaitan dengan hormon estrogen) pada wanita dan kanker prostat (berkaitan dengan hormon androgen) pada pria. Terapi hormon pada dasarnya berusaha menghambat sintesis steroid sehingga sel tidak dapat membelah. Terapi ini membawa dampak negatip bila diaplikasikan pada wanita yang masih dalam usia subur karena dapat menghambat siklus menstruasi.
      3. Radioterapi: terapi ini menggunakan sinar-X dengan dosis tertentu sehingga dapat merusak DNA dan “memaksa” sel untuk berapoptosis. Efek negatip yang ditimbulkan hampir sama dengan kemoterapi.
      Ketiga terapi di atas memiliki kelemahan yang relatif sama. Karena kerjanya yang tidak spesifik, jadilah mereka menyerang agak sporadis pada seluruh sel tanpa bisa membedakan mana yang sel kanker dan mana yang sel normal. Dampak negatip ditimbulkan karena ketakspesifikan ini. Oleh karena itu, para peneliti berusaha mengembangkan metode terapi kanker yang spesifik.

      Terapi proton

      Terapi proton seperti halnya radioterapi, bekerja dengan cara mengarahkan partikel ion energetik yakni proton menuju tumor sasaran. Partikel proton ini merusak DNA sel sehingga menyebabkan kematian sel tumor. Karena laju pembelahan sel yang tinggi serta kemampuannya menjadi berkurang untuk memperbaiki kerusakan DNA, sel kanker peka terhadap serangan partikel proton ini pada DNA sel kanker.

      Imunoterapi

      Terapi kanker dengan meggunakan imun berlandaskan pemeriksaan imun, yakni fungsi fisiologi sistem imun untuk mengenali dan menghancurkan klonal sel yang telah berubah sifat sebelum sel tersebut tumbuh menjadi tumor serta membunuh sel tumor jika sel tumor tersebut telah terbentuk.

      Sistem imun tersusun dari berbagai tipe sel, diantaranya, sel dendrit yang disebut sebagai sel penghadir antigen yang bekerja menangkap antigen dan menunjukkan mereka ke sel-sel lain yang disebut sel efektor (misal, limfosit T sitotoksik). Jika molekul yang hadir “dilabeli” sebagai bahaya, maka sistem imun menyusun respon spesifik untuk menghilangkan bahaya tersebut.

      Nanomedis

      Nanomedis adalah aplikasi medis dari teknologi nano. Ini mencangkup bidang semisal transpor obat partikel nano dan aplikasi masa depan yang mungkin dari teknologi nano molekuler dan vaksinologi nano. Masalah saat ini untuk nanomedis, mencangkup pemahaman terkait dengan toksik dan dampak lingkungan material skala nano. Partikel nano cadmium selenide (kuantum dot) memancarkan cahaya ketika terpapar cahaya ultra ungu. Ketika diinjeksikan, partikel nano cadmium selenide tersebut menembus sel kanker. Ahli bedah dapat melihat tumor yang berpendar, dan menggunakannya sebagai pemandu untuk pengambilan sel tumor dengan lebih akurat. Chip uji sensor mengandung ribuan kawat nano (nanowire) mampu mendeteksi protein dan biomarker lain yang ditinggalkan sel kanker, memungkinkan pendeteksian dan diagnosis kanker tahap dini dari beberapa tetes sampel darah.

      Referensi:

      1. http://www.jawapos.co.id/index.php?act=detail_c&id=260084
      2. http://en.wikipedia.org/wiki
      3. R.J.B King, 1998, Cancer Biology, Prentice Hall. New York.
      4. F. Castiglione, B. Piccoli, J. Theo. Biology 247 (2007) 723-732.
      5. http://www.wordiq.com
      6. http://www.centerwatch.com
      7. http://www.ib.be/cefs/dietandcancer.htm
      8. Sri Widyarti, et.al., 2004, Efek Bioflavonoid Quercetin pada neoplasi paru-paru, FMIPA Unibraw, Malang.

      Sumber :

      Ika Nurlaila* dan Miftachul Hadi** (* ' ** First Bright School, ** Applied Mathematics for Biophysics Group, Physics Research Centre LIPI), dalam :

      http://www.nano.lipi.go.id/utama.cgi?cetakartikel&1187593839

      6 September 2009

      Terapi Warna untuk Keseimbangan Tubuh

      Setiap orang umumnya memiliki warna favorit. Tetapi, tahukah Anda bahwa warna pun menyimpan energi yang bisa dimanfaatkan untuk membantu proses penyembuhan suatu penyakit?

      Namun, jangan membayangkan penggunaannya persis seperti obat. Karena warna, dalam hal ini hanya membantu penyembuhan dengan cara menyeimbangkan aura tubuh kita.

      Sumarsono Wuryadi dari Graha Sanjiwani menjelaskan, aura adalah medan energi yang mengelilingi tubuh kita. Bagi yang bisa melihat, aura memiliki warna yang terdiri dari 7 warna pelangi, yaitu merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu.

      "Untuk melihat aura tubuh seseorang, bisa dilihat dengan menggunakan foto kirlian atau scan aura video," ujar Sumarsono.

      Ditambahkan, orang yang sedang sakit, aura tubuhnya seringkali menjadi tidak seimbang dan perlu diperbaiki. Jadi, warna yang seharusnya merah menjadi kurang merah. Atau yang seharusnya menjadi hijau menjadi kurang hijau. "Nah, dengan memberikan warna di tempat yang kekurangan, akan kembali terjadi keseimbangan yang akhirnya membantu penyembuhan penyakit," katanya menegaskan.

      Sumarsono mengemukakan, menggunakan warna sebagai terapi bisa saja dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan cara memasang lampu berwarna tertentu dalam waktu tertentu, di dalam ruangan tempat si pasien berada.

      Cara lain yaitu dengan cara memberikan air yang telah dimasukkan ke dalam botol atau gelas berwarna warni. Setelah dijemur sebentar di bawah sinar matahari, lalu diminumkan pada pasien. Obat cair atau zat warna tertentu juga bisa digunakan, begitu pula dengan mengenakan pakaian, aksesori berupa batu mulia atau kristal atau penggunaan dekorasi dengan warna tertentu.

      Bahkan, lanjut Sumarsono, memakan buah, sayuran berwarna atau makanan alami lainnya dengan warna tertentu juga bisa. "Untuk mendapatkan terapi warna yang tepat, sebaiknya berkonsultasi pada ahli terapi warna," ucapnya.

      Penggunaan terapi warna, ternyata tidak terbatas untuk membantu pengobatan saja. Penggunaan warna orange sebagai dekorasi sebuah kafe atau restoran tidak sekedar memberikan penampilan ceria, tetapi juga untuk menambah nafsu makan para pengunjung.

      Sumarsono menjelaskan, terapi warna sebenarnya sudah dikenal orang sejak zaman kuno. Helen Graham, dosen psikologi dari Keele University, Inggris, dalam bukunya yang berjudul Discover Color Therapy menyebutkan, seni pengobatan dengan warna ditemukan oleh Dewa Toth--yang dalam mitologi Yunani kuno dikenal sebagai Hermes. "Pada masa itu, penduduk Mesir dan Yunani kuno menggunakan mineral berwarna, batu-batuan, kristal, salep dan bahan pewarna lainnya sebagai obat. Mereka juga mengecat tempat pengobatan dengan berbagai warna," tuturnya.

      Pada tahun 980-1037, Avicenna, seorang dokter dari Arab menjelaskan pentingnya warna dalam diagnosa dan pengobatan penyakit. Menurutnya, tanda-tanda penyakit dalam tubuh bisa dikenali dari warnanya.

      Ia juga menggunakan warna untuk terapi. Menurutnya, warna merah akan memperlancar sirkulasi darah, warna biru dan putih memperlambat sirkulasi darah sedangkan warna kuning meredakan nyeri dan peradangan.

      Di awal abad ke-20, terapi warna mulai diteliti secara ilmiah dan mulai banyak digunakan. Max Luscher, mantan dosen psikologi dari Basle University menegaskan bahwa warna yang dipilih seseorang bisa menunjukkan kondisi pikiran atau ketidakseimbangan kelenjar dalam tubuhnya. Karena itu, bisa dijadikan dasar untuk diagnosa secara fisik maupun psikis.

      Tahun 1990, para ilmuwan melaporkan dalam pertemuan tahunan American Association for Advancement of Science, mngenai keberhasilan penggunaan cahaya biru dalam mengatasi berbagai masalah psikologi, termasuk kecanduan obat-obatan, gangguan makan, impotensi dan depresi.

      "Kemudian ditemukan pula bahwa cahaya merah ternyata efektif untuk mengatasi migren dan kanker. Lama kelamaan, terapi warna pun diterima secara luas sebagai alat terapi dengan berbagai penggunaan yang bersifat medis," katanya menandaskan. (Tri Wahyuni) - 1 Oktober 2006

      Sumber :
      SUMARSONO WURYADI
      http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=156844
      6 September 2009

      Tim Dokter Indonesia Sudah Terapkan Terapi Adult Stem Cell

      Siapa bilang Indonesia tertinggal di bidang bioteknologi? Pada bulan puasa kemarin, tim dokter Indonesia melakukan terapi sel batang dewasa alias adult stem cell di Jakarta. “Terapi dilakukan pada dua kasus jantung. Kandidat adalah penderita recent infarction , diambil recent infarction karena diharapkan masih ada mediator inflamasi (sitokin) yang akan mempermudah sel stem cell untuk homing,” jelas Prof.Samsuridjal Djauzi Ketua Tim Terapi Stem Cell Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (RSCM-FKUI) dalam emailnya yang diteruskan Arief Budi Witarto, ahli biofisika Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) kepada Netsains.

      Proses terapi dilakukan oleh tim RSCM bersama Rumah Sakit Rumah Sakit Kanker Dharmais (RSKD), sedangkan pemberian terapi sel batangnya dilakukan melalui kateter koroner di RSCM dan Medistra.

      Terapi ini bisa juga berlaku bagi penderita diabetes, namun yang siap justru adalah calon pasien jantung. Meurut Syamsuridjal, mungkin karena pasien penderita jantung sudah pernah mendengar tentang terapi stem cell lebih dulu. Selain itu persetujuan dari komite etika bagi terapi ini baru berlaku untuk kasus jantung. Saat ini prosesnya mencapai tahap pemenuhan standar, dimana jumlah sel CD4, yakni semacam sel darah putih atau limfosit mencapai taraf tertentu sehingga tidak menimbulkan efek samping. Hasil akhir perbaikan suplai energi kimiawi ke otot jantung alias miokard baru akan dapat dievaluasi sekitar satu bulan lagi.

      Sudah Pernah

      “Sumber sel batang adalah dari diri sendiri, jadi sel batang dewasa, bukan sel batang embrio, sehingga tidak ada masalah dengan etika. Sumber sel batangnya dari sebelah mana, pastinya saya tidak tahu dari mana, tapi dari persiapannya nampaknya dari sumsum tulang,” komentar Arief.

      Terapi sel yang pernah dilakukan di Indonesia adalah cangkok sumsum tulang sejak 15 tahun lebih yang lalu dan menunjukkan keberhasilan 100 persen. Sayangnya biayanya sangat mahal, sekitar 700 juta Rupiah, sehingga tidak banyak penderita Indonesia yg dapat mengakses. Selain berharap untuk keberhasilan uji coba pertama ini di Indonesia, kita juga berharap semoga biaya terapi stem cell di Indonesia bisa murah nantinya, karena manfaatnya yang besar. - 19 Oktober 2007

      Sumber :

      Merry Magdalena

      http://netsains.com/2007/10/tim-dokter-indonesia-sudah-terapkan-terapi-adult-stem-cell/

      6 September 2009


      Terapi Hormon Berisiko Kanker Ovarium

      Perempuan yang sedang atau pernah menjalani terapi hormon, berisiko lebih tinggi mengalami kanker ovarium atau kanker indung telur.

      Hasil temuan studi terbaru dari Rigshospitalet, Copenhagen University di Denmark, memperkuat pernyataan bahwa terapi hormon erat kaitannya dengan peningkatan risiko kanker.

      Perempuan yang sedang menjalani terapi hormon atau yang pernah menggunakan terapi hormon dalam beberapa tahun terakhir, berisiko lebih tinggi mengalami kanker ovarium atau kanker indung telur, dibandingkan perempuan yang belum pernah menggunakan terapi hormon.

      "Studi sebelumnya telah menghubungkan terapi hormon dengan kanker ovarium, tapi studi ini diyakini sebagai studi terbesar dan studi yang paling detail mengenai hal ini," kata pemimpin studi, Lina Morch, seperti dikutip dari situs Webmd.

      Tingkat risiko ini tetap sama tidak tergantung dari tinggi rendahnya dosis dan formulasi hormon yang digunakan. Baik hormon yang digunakan melalui mulut, plester, atau dimasukkan melalui vagina, risikonya tetap tinggi. Begitu juga dengan formulasinya, baik hanya dengan estrogen atau perpaduan estrogen dengan progestin.

      Dalam penelitian itu, Morch mengevaluasi lebih dari 909.000 perempuan Denmark dengan rentang usia 50-79. Setelah mengikuti perkembangan para partisipan selama delapan tahun, mereka menemukan 3.068 kasus kanker ovarium. Sebanyak 63% dari partisipan itu tidak pernah menggunakan terapi hormon sebelumnya, sedang 9% sedang menjalani terapi hormon.

      Dibandingkan dengan mereka yang belum pernah menggunakan, perempuan yang sedang menerima terapi hormon berisiko 38% lebih tinggi mengalami kanker ovarium.

      Tetapi mereka yang pernah menggunakan terapi hormon sebelumnya juga mengalami penurunan risiko bergantung pada lama waktu mereka berhenti menggunakan.

      Mereka yang telah berhenti menggunakan terapi selama dua tahun memiliki risiko yang sama dengan mereka yang tidak pernah menggunakan. Sedang pada mereka yang telah terbebas dari terapi hormon selama enam tahun, bahkan memiliki risiko 40% lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak pernah menggunakan terapi.

      "Yang jelas, semakin lama mereka sudah berhenti menerima terapi, maka risiko mereka juga semakin menurun," papar Morch.

      Studi sebelumnya menemukan fakta jika penggunaan hormon meningkatkan risiko kanker ovarium hingga 30% dibandingkan dengan mereka yang tidak. Risikonya meningkat pada mereka yang hanya menggunakan terapi hormon estrogen tunggal, dibandingkan dengan mereka yang menggunakan terapi hormon kombinasi estrogen dan progestin.

      "Studi ini juga menemukan peningkatan risiko yang sama tapi terlepas dari jenis hormon yang digunakan."

      Kanker ovarium, merupakan jenis kanker ginekologi yang paling mematikan. Selain itu, kanker ini sulit dideteksi sehingga seringkali ditemukan dalam stadium lanjut.

      "Jika Anda mempunyai kecenderungan khusus mengalami kanker ovarium, ada baiknya mempertimbangkan tidak menggunakan terapi hormon," tegas Morch.

      Bagi mereka yang pernah menggunakan sebelumnya, tidak perlu cemas karena setelah dua tahun berhenti, risikonya akan menurun dan setara dengan mereka yang tidak pernah menggunakan. [L1] - 20 Juli 2009


      Sumber :

      Liana Garcia

      http://www.inilah.com/berita/gaya-hidup/2009/07/20/129769/terapi-hormon-berisiko-kanker-ovarium/

      6 September 2009